Thursday, August 9, 2007

Suara Golput Nyaris Menyamai Suara Pemenang


BAMBANG SETIAWAN dan BE SATRIO

Hasil penghitungan cepat (quick count) Litbang Kompas menunjukkan perolehan suara pasangan Fauzi Bowo-Prijanto mengungguli pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta, 8 Agustus 2007. Adapun tingkat golput dalam pilkada diprediksi mencapai 33,65 persen. Pengertian golput dalam konteks ini adalah mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya karena berbagai alasan.

Berdasarkan penghitungan cepat Litbang Kompas yang dilaksanakan di 250 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di semua kecamatan di Provinsi DKI Jakarta, Fauzi-Prijanto yang diusung Koalisi Jakarta—koalisi 20 partai politik—memperoleh 57,76 persen suara, sedangkan pasangan Adang-Dani yang diusung Partai Keadilan Sejahtera memperoleh 42,24 persen suara.

Jumlah sampel sebanyak 250 TPS mewakili 81.286 suara pemilih. Dengan tingkat kepercayaan 99 persen, hasil penghitungan cepat ini memiliki margin of error 0,45 persen.

Dukungan paling kuat dari pasangan Fauzi-Prijanto berasal dari Jakarta Barat (61,02 persen). Jumlah suara di Jakarta Barat berdasarkan data pemilih tetap adalah 1.288.292 orang. Sementara itu, suara untuk Adang-Dani paling tinggi (43,24 persen) berada di wilayah Jakarta Timur. Jakarta Timur merupakan wilayah terpadat dengan jumlah pemilih 1.639.519 orang. Berdasarkan Pemilu DPR tahun 2004, untuk wilayah Jakarta, PKS mencatat kemenangan tertinggi di Jakarta Timur dengan 30,9 persen suara.

Tingkat partisipasi

Walaupun sebelumnya diprediksi tingkat partisipasi politik masyarakat dalam Pilkada DKI Jakarta akan berada di bawah 60 persen, kenyataannya pilkada langsung pertama di Ibu Kota ini mampu mengundang partisipasi yang cukup tinggi dibandingkan dengan pilkada di seputar Jakarta.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam pilkada, menurut hasil penghitungan cepat, diprediksi berada di kisaran 66,31 persen. Partisipasi paling tinggi di Jakarta Pusat (72,12 persen) dan terendah adalah Jakarta Utara (60,46 persen).

Mereka yang tidak menggunakan hak pilihnya (golput) tertinggi berada di Jakarta Utara (39,54 persen), sedangkan terendah berada di Jakarta Pusat (27,88 persen).

Tingkat golput yang berada di kisaran 33,65 persen ternyata tidak terlalu jauh terpaut dengan perolehan riil suara pasangan Fauzi-Prijanto. Dari 126.223 sampel daftar pemilih tetap, pasangan tersebut meraih 37,2 persen. Malahan, dengan suara yang didapat Adang-Dani (27,2 persen) dari total sampel, ternyata golput lebih tinggi.

Hasil pemantauan di tempat pemungutan suara, sampel menunjukkan hampir semua perlengkapan, seperti bilik suara, kotak suara, daftar pemilih, tinta jari, dan papan penghitungan disiapkan sebelum pencoblosan dimulai. Penghitungan di TPS pun kebanyakan dilakukan tepat waktu, yaitu antara pukul 13.00 dan 13.59 dan selesai satu jam kemudian.

Dilihat dari prosedur pilkada, pengamatan menunjukkan bahwa mayoritas TPS melakukan prosedur pencoblosan sesuai dengan aturan KPUD.

Meski demikian, pilkada kali ini juga tidak luput dari beberapa kelemahan. Kelemahan mendasar, sebagaimana tercermin dalam pengamatan, adalah persoalan pendaftaran. Dari total TPS yang menjadi sampel, 55 persen TPS mendapat protes dari warga yang merasa tidak didaftar dan tidak mendapatkan kartu pemilih.

Dalam penghitungan suara terlihat partisipasi berbagai pihak. Di hampir semua TPS yang diamati, saksi dari kedua calon turut hadir mengamati penghitungan suara. Selain itu, kehadiran masyarakat juga terlihat dalam penghitungan di hampir semua TPS.

Akhirnya, meskipun di beberapa tempat pemungutan suara terjadi protes atas hasil yang diperoleh, secara umum hasil pilkada bisa diterima tanpa protes. Setidaknya, di 91,2 persen tempat pemungutan suara yang menjadi sampel hasil pilkada bisa diterima tanpa protes. (Litbang Kompas)

No comments: