SELAIN meraih penghargaan pada kategori khusus profil pemimpin dengan pertanggungjawaban publik, Pamekasan berhasil menjadi nomine pada dua kategori lainnya. Yakni, nomine kategori khusus daerah dengan terobosan inovatif dalam pemberdayaan ekonomi lokal dan nomine kategori khusus daerah dengan terobosan inovatif dalam pemberantasan kemiskinan.
Meski sebatas menjadi nomine pada kategori khusus lainnya, hal itu menunjukkan bahwa program-program Pemkab Pamekasan mendapat apresiasi. Lolosnya kedua program tersebut tak lepas dari desain program yang diusulkan.
Pada kategori khusus daerah dengan terobosan inovatif dalam pemberdayaan ekonomi lokal, misalnya. Kabupaten Pamekasan mengandalkan beberapa sektor. Di antaranya, usaha industri rumah tangga (home industry) rokok lintingan melalui pembentukan Asosiasi Pengusaha Rokok Lintingan dan pemberdayaan petani garam dengan pembentukan Asosiasi Petani Garam Bahan Baku (Aspegab).
Keberadaan home industry rokok lintingan tak lepas dari harga jual tembakau di Madura yang pernah terpuruk. Menurunnya harga jual tembakau itu bukan berarti kegagalan. Buktinya, menurunnya harga jual tembakau justru menjadi potensi baru. Yakni, semakin maraknya home industry rokok lintingan. Usaha tersebut mendapat dukungan Pemkab Pamekasan.
Jumlah home industry yang semula di kisaran angka 100 hingga kini mendekati 200-an. Pesatnya perkembangan home industry itu menggelitik pemkab untuk memberdayakan, baik dengan memberikan bantuan teknis maupun peralatan sederhana.
"Rokok lintingan itu harus dikelola dengan baik. Ini tak hanya untuk kepentingan pemilik home industry dan petani tembakau. Juga untuk kelanjutan ratusan tenaga kerja lokal yang terserap. Selain itu, membesarkan home industry yang memadai dan tidak melanggar aturan layaknya sebuah home industry," jelas Bupati Achmad Syafii.
Secara tidak langsung, ada beberapa manfaat yang dirasakan pasca pemberdayaan masyarakat di bidang pertembakauan itu. Di antaranya, membantu mengatasi pengangguran, menyerap bahan baku tembakau, meminimalisasi gejolak sosial pasca turunnya harga tembakau, dan memiliki kontribusi terhadap negara.
Pemberdayaan petani garam dilakukan dengan pembentukan Asosiasi Petani Garam Bahan Baku (Aspegab). Setelah pemberdayaan dilakukan, harga garam yang semula anjlok hingga Rp 110 per kilogram untuk kualitas I belakangan naik menjadi Rp 205 per kg.
Untuk kategori khusus daerah dengan terobosan inovatif dalam pemberantasan kemiskinan, pemkab mengandalkan program lumbung pangan dan desa mandiri. Berdasar data di Pemkab Pamekasan, program lumbung pangan dilakukan sejak 2006 di enam kecamatan. Yakni, di Kecamatan Tlanakan (Desa Bukek), Kecamatan Proppo (Desa Banyubulu), Kecamatan Galis (Desa Ponteh), Kecamatan Larangan (Desa Montok), Kecamatan Kadur (Desa Bungbaruh), dan Kecamatan Palengaan (Desa Palengaan Laok). (akhmadi yasid/radar madura)
No comments:
Post a Comment