Wednesday, August 15, 2007

Profil Peraih Kategori Utama Otonomi Award (2)


Bondowoso Andalkan SD-SMP Satu Atap
Melalui berbagai terobosan dalam bidang pendidikan, Kabupaten Bondowoso dinobatkan sebagai peraih kategori Daerah dengan Terobosan Menonjol di Bidang Layanan Publik Otonomi Award 2007. Seperti apa terobosannya? Berikut ulasan Sunarto, wartawan Radar Jember (Group Jawa Pos).
-----------

Kabupaten Bondowoso tak serta-merta dengan enteng meraih anugerah utama untuk kategori pelayanan publik. Kabupaten tetangga Jember itu harus berpeluh-peluh melakukan terobosan dan inovasi layanan publik.

Dalam perjalanan menuju prestasi tertinggi layanan publik itu, Bondowoso harus bersaing keras dengan tiga daerah lain. Ketiga daerah tersebut adalah Kabupaten Jombang (kesehatan), Kabupaten Lumajang (administrasi dasar), dan Kabupaten Malang (sarana dan prasarana). Pada kategori khusus, Kabupaten Bondowoso merupakan juara di indikator pendidikan.

Tetapi, apa sesungguhnya motivasi Bondowoso melakukan terobosan dan inovasi bidang pelayanan pendidikan, yang kemudian mengantarkannya sebagai kabupaten untuk kategori anugerah tertinggi bidang pelayanan publik? Jawabannya terobosan terpadu di bidang pendidikan.

Para penentu kebijakan di Kabupaten Bondowoso sadar bahwa daerahnya masih dihadapkan pada tingginya angka buta huruf dan sulitnya akses pendidikan pada tingkat pendidikan dasar maupun pendidikan luar sekolah. Tak hanya pemenuhan infrastruktur pendidikan, pemkab juga menambah kekurangan tenaga guru dengan mengangkat guru bantu dan guru kontrak. Berbagai terobosan itu selalu digelorakan Bupati Bondowoso Dr Mashoed MSi sejak menjadi bupati pada 1998.

Dukungan pemda juga diwujudkan dengan besarnya sokongan dana dalam APBD. Pada 2006, pemda mengalokasikan Rp 153 miliar di sektor pendidikan. Mashoed menjelaskan, pemkab mengawali peningkatan kualitas pendidikan dengan pembangunan infrastruktur. Yakni, membangun sekolah-sekolah yang dibutuhkan masyarakat Bondowoso.

Berdasar hasil kajian pemkab, dimulailah pendirian SD kecil di beberapa wilayah terpencil dan sangat sulit dijangkau dari luar. SD kecil tersebut dibutuhkan untuk melayani anak usia sekolah di daerah terpencil. Selama ini, banyak anak usia sekolah di wilayah terpencil yang enggan bersekolah. Sebab, jarak SD terdekat dengan tempat tinggal anak-anak sangat jauh.

Rata-rata anak usia sekolah di Bondowoso lebih suka membantu orang tua bekerja di sawah atau ladang daripada pergi ke sekolah. Kondisi itu diperparah rendahnya kesadaran pendidikan orang tua. Dengan didirikannya SD kecil, sekolah menjadi lebih dekat dan lebih mudah dijangkau.

Di tingkat SMP, pemkab berusaha mengurangi angka putus sekolah yang masih cukup tinggi di Bondowoso. Caranya adalah mendirikan SD/SMP satu atap. SD/SMP satu atap dimaksudkan untuk mengurangi angka putus sekolah SD. Daripada sekolah di wilayah lain, siswa yang lulus SD bisa melanjutkan ke SMP di sekolah yang sama. "SD/SMP satu atap dinilai cukup signifikan mengurangi angka putus SD. Ditambah adanya BOS (bantuan operasional siswa), lulusan SD tak perlu ke luar daerah," terang bupati asal Jombang, Jatim, itu. Kini Dinas Pendidikan (Dispendik) mendirikan empat SD/SMP satu atap.

Di tingkat pendidikan menengah (SLTA), pemkab berusaha mendirikan sekolah menengah kejuruan (SMK) di tiap kecamatan. Pendirian SMK bertujuan untuk menyiapkan lulusan SMK yang memiliki keterampilan dan siap bersaing di pasar kerja. Kenyataannya, banyak lulusan SMA di Bondowoso yang tidak melanjutkan ka perguruan tinggi (PT).

"Daripada mereka tidak melanjutkan kuliah, lebih baik mereka sekolah di SMK," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bondowoso Drs Paiman MSc. Sejak 2003, digalakkan pendirian SMK dengan berbagai jurusan yang berlokasi di kecamatan. Hasilnya, pada 2006 berdiri 14 SMK dengan berbagai jurusan.

Misalnya, SMK pertanian/teknologi pertanian di Kecamatan Tlogosari, SMK perikanan di Prajekan, SMK kriya di Tamanan, SMK peternakan di Kecamatan Maesan. Wringin memiliki SMK Audio Video, Sumberwringin dengan SMK pertanian bidang budi daya, Kecamatan Cermee dengan SMK Graafika, Kecamatan Klabang dengan SMK energi listrik. SMK teknologi pertanian di Kecamatan Grujugan, SMK Tapen fokus pada multimedia, dan SMK Pakem pada jurusan kriya.

Terobosan berani lain yang diambil pemkab adalah pengangkatan 1.200 guru kontrak yang dibiayai APBD Bondowoso. Pengangkatan itu dilakukan karena kebutuhan guru di Bondowoso sangat kurang. Selama ini, banyak sekolah yang kekurangan guru. Besarnya gaji yang diterima guru kontrak tersebut beragam. Disesuaikan dengan tingkat pendidikannya. Lulusan SPG digaji Rp 250 ribu, Rp 300 ribu untuk lulusan D-2/D-3, dan Rp 350 ribu untuk lulusan S-1. Itu masih ditambah insentif Rp 50 ribu untuk semua guru kontrak. Selain guru kontrak, diangkat 302 orang guru bantu dengan gaji Rp 720 ribu per bulan. (sunarto)

No comments: