Proses regenerasi di tubuh Tentara Nasional Indonesia kembali berjalan. Pimpinan baru TNI dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin.
Jenderal TNI Djoko Santoso dipercaya menempati jabatan Panglima TNI menggantikan Marsekal Djoko Suyanto. Jabatan Kepala Staf TNI Angkatan Darat yang ditinggalkan Djoko Santoso ditempati Letjen TNI Agustadi Sasongko Purnomo. Sementara Kepala Staf TNI Angkatan Udara diisi Marsekal Madya Soebandrio, yang menggantikan Marsekal Herman Prayitno.
Sejak reformasi yang berjalan hampir 10 tahun, pergantian terutama pada jabatan Panglima TNI telah lima kali terjadi. Sepanjang masa itu bukan hanya proses regenerasi berjalan mulus, tetapi kemajuan yang dicapai, khususnya dalam kaitan reformasi di tubuh TNI sendiri, berjalan dengan baik.
Indikatornya bisa kita lihat dari hasil penilaian masyarakat terhadap TNI sekarang. Jajak pendapat oleh Litbang Kompas terakhir menunjukkan, masyarakat memberikan penilaian positif terhadap institusi TNI.
Kita tentunya percaya Jenderal Djoko Santoso akan melanjutkan reformasi TNI. Itu sudah ia perlihatkan ketika menjabat KSAD dengan terus meningkatkan profesionalisme prajurit dan melarang prajurit TNI terlibat dalam politik praktis.
Di tengah kondisi dan tantangan yang berubah besar baik di dalam maupun di luar negeri, tugas yang diemban TNI memang sangatlah berat. TNI bukan hanya harus mampu menyesuaikan pola sikap dan tindak dengan kondisi yang baru, tetapi harus bisa menjawab tantangan yang terus berkembang.
Menarik untuk memerhatikan pernyataan Presiden ketika kemarin juga meluncurkan bukunya yang berjudul Indonesia on the Move. Menurut Presiden, kita tidak boleh berkecil hati karena selama 10 tahun banyak kemajuan yang sudah kita capai. Hanya saja, sering kali kita tidak pernah menyadari kemajuan yang telah kita capai, baik di bidang politik, hukum, ekonomi, maupun sosial. Bahkan, yang lebih menyedihkan, semua itu salah untuk dimengerti baik oleh kita maupun bangsa lain.
Tugas kita bersama untuk meyakinkan diri kita dan juga membuat bangsa lain untuk mengerti akan apa yang telah kita lakukan dan akan ke mana kita kemudian berjalan. Itu merupakan modal bagi kita untuk bisa mencapai masa depan bersama yang lebih baik.
Termasuk tugas itu menjadi tanggung jawab TNI. Mengapa? Karena masa lalu TNI yang ikut larut dalam politik praktis membuat TNI terus disalahartikan. Seakan-akan institusi itu tetap jadi bagian dari kekuasaan.
Perbaikan terus-menerus di dalam TNI tidak mungkin bisa dilakukan apabila kita menyikapi secara apriori. Kita semua harus ikut memberikan dorongan positif bagi kelanjutan reformasi di dalam tubuh TNI.
Kita ingin menambahkan, jangan hanya tuntutan perbaikan yang kita mintakan, tetapi juga secara bersamaan kita harus memberikan kebanggaan. Termasuk tentunya kewajiban kita untuk bisa mencukupi kebutuhan prajurit agar menjadi prajurit profesional.
No comments:
Post a Comment