Sumber: Tribun Timur, 12 November 2007
Anda ingin jadi pemenang dalam pilkada manapun di Indonesia? Caranya gampang. Pastikan dulu bahwa Anda lolos sebagai calon, setelah itu, tidak usah repot-repot, cukup memakai jasa PT Lingkaran Survei Indonesia (PT LSI). Ikuti segala yang diperintahkan lembaga ini dan hasilnya, Andalah sang pemenang. Inilah anekdot untuk keakuratan penghitungan PT LSI.
Namun bagi Direktur Eksekutif PT LSI, Denny JA, quick count Pilkada Sulsel adalah pilkada yang paling mendebarkan. "Jujur saja, quick count Pilkada Sulsel paling mendebarkan," ujarnya kepada Tribun, tadi malam. Penyebabnya ada dua. Pertama, PT LSI mengabarkan kekalahan calon yang diusung Partai Golkar di kandangnya sendiri dengan selisih yang tipis.
Dari dulu, kata Denny, Sulsel dikenal sebagai "lumbung" Golkar. Istilah "lumbung" Golkar mulai dikenal saat era kepemimpinan Akbar Tandjung, sebelum dikalahkan oleh Jusuf Kalla sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. Kedua, menurut alumnus Ohio State University, AS, ini, quick count PT LSI membuktikan bahwa survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) Saiful Mujani yang mengabarkan kemenangan Amin Syam beberapa hari sebelum pilkada tidak terbukti.
Kedua lembaga ini sebenarnya memiliki singkatan sama, LSI. Namun, agar tidak bingung, LSI Denny disingkat dengan PT LSI. Kedua lembaga ini masing-masing dikenal dengan reputasinya. Sejak satu tahun silam, publik Sulsel tahu bahwa pilkada ini juga pertarungan dua LSI, PT LSI versus LSI (Lembaga Survei Indonesia) Saiful Mujani.
PT LSI mem-back up pasangan Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang dan LSI dikontrak pasangan Amin Syam-Mansyur Ramly. Urutan Keempat Percayakah Anda, Syahrul yang kini memimpin perolehan suara, di awal survei PT LSI, justru berada di urutan keempat dalam hal calon terpopuler.
Sebelum memutuskan menjadi konsultan politik Syahrul, PT LSI terlebih dahulu melakukan survei awal. Survei terkait popularitas Syahrul di mata masyarakat. Survei ini dilaksanakan awal tahun lalu. Nama-nama saingan Amin, justru berada di urutan pertama dan dua. Satu nama lagi adalah tokoh Sulsel yang kini berkiprah di DPR RI. Syahrul? Satu tahun lalu, namanya berada di bawah bayang-bayang dua kandidat lain.
Kepada Tribun, Denny menceritakan, bagaimana awalnya justru ia banyak diprotes ketika memutuskan mendampingi pasangan yang diusung PAN, PDK, PDIP, dan PDS tersebut. Bahkan, saat mengumumkan hasil quick count, empat jam setelah pencoblosan, 5 November lalu, Denny menerima ratusan SMS yang mempertanyakan keakuratan hasil quick count. "Ratusan SMS (pesan singkat) ke ponsel saya dari sejumlah pejabat negara di pusat banyak mempertanyakan akurasi quick count-nya," ujarnya.
Quick count adalah metode yang dianggap paling bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah untuk mengetahui secara cepat, tepat, dan akurat hasil suatu pemilihan yang melibatkan banyak massa. Menunggu hasil pasti, karena penghitungan memakai sistem manual, butuh waktu berhari-hari. Yang luar biasa, seperti quick count yang dilakukan sebelumnya PT LSI, untuk sementara quick count PT LSI sesuai dengan penghitungan rekapitulasi panitia penyelenggara kecamatan (PPK) Pilkada Sulsel.
Syahrul-Agus unggul sementara sebesar .. persen, nyaris sama dengan hasil quick count sebesar 40,72 persen. Denny sudah lama menjamin, presisi hasil quick count mereka paling jauh hanya satu persen kurang atau lebih dengan hasil penghitungan KPU. "Kini semua terbukti. Seorang teman menyatakan, pilkada Sulsel melahirkan dua pemenang. Pemenang pertama Syahrul Yasin Limpo mengalahkan Amin Syam. Pemenang kedua LSI Denny JA mengalahkan LSI Saiful Mujani," kata Denny.
Program Pilkada Apakah semua quick count selalu tepat? Tidak juga. Di Pilkada Jakarta, Agustus lalu, dari sembilan lembaga yang melakukan quick count, PT LSI yang paling mendekati hasil akhir versi KPU. Hasil quick count PT LSI memenangkan pasangan Fauzi Bowo-Prijanto dengan keunggulan 58,52 persen. Hasil akhir penghitungan KPU, pasangan ini menang dengan keunggulan 57,87 atau presisi sebesar 0,35 persen.
Sedangkan lembaga lainnya rata-rata di atas 10 persen. Bahkan, ada satu lembaga yang tidak menjagokan Fauzi-Prijanto. Bagaimana PT LSI selalu bisa tepat? Jawabannya ada di program mereka yang disebut Program Pilkada.
Program ini adalah pendampingan atau konsultasi kepada calon yang menyewa PT LSI. PT LSI percaya suara pemilih bisa diketahui dan dideteksi. Karena itu, pola pemenangan seorang kandidat seharusnya memakai cara-cara yang rasional dan modern. "Seorang kandidat perlu mendekati pemilih dengan mengetahui terlebih dahulu karakteristik mereka, harapan, dan aspirasi mereka," ujarnya.
Program ini terbagi dalam tiga bagian besar, memetakan suara, mempengaruhi suara, dan menjaga suara. Memetakan suara berarti mengetahui secara tepat dukungan pemilih. Pertama-tama harus diidentifikasi popularitas ( pengenalan terhadap kandidat), preferensi pemilih, kelebihan, dan kelemahan kandidat dan lawan-lawannya.
"Kandidat juga perlu mengetahui isu-isu populer, kebijakan yang diinginkan oleh pemilih dan sebagainya," kata Denny. Setelah tingkat popularitas dan besar dukungan dari kandidat diketahui, dilakukan langkah intervensi untuk mempengaruhi suara. Jika kandidat sudah menempati urutan teratas, intervensi dilakukan untuk mempertahankan posisi kandidat. Jika belum, intervensi dilakukan untuk meningkatkan suara hingga kandidat menjadi nomor teratas.
Namun, namanya politik, apapun bisa terjadi. "Kemenangan yang sudah diraih bisa dipotong lewat manipulasi politik, misalnya dengan kecurangan yang dilakukan pihak lawan. Karena itu kemenangan harus dijaga," kata alumnus PhD dari Ohio State University, Amerika Serikat, tersebut.
No comments:
Post a Comment