SEMARANG - Mencermati perilaku pemilih Jateng menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2008, terdapat perubahan yang cukup mengejutkan. Hal ini, merujuk pada proses pilkada yang terjadi di 35 kabupaten/kota, di mana tidak adanya garis kemenangan politik yang sebangun antara kemenangan suatu partai dalam proses pemilu dengan kemenangan di pilkada.
Direktur Institute for Media & Local Democracy Semarang, Dyah Pitaloka MA, mengatakan itu saat menjadi pembicara dalam sosialisasi calon gubernur Jateng, yang diselenggarakan Kesbanglinmas Provinsi Jateng dan BEM Polines, di kampus Tembalang, Semarang, kemarin.
Hadir dalam kesempatan itu juga Dr Ari Pradhanawati (KPU Jateng). Sementara dua orang yang diprediksikan maju dalam pilgub, yakni H Bambang Sadono SH MH dan Ir HM Tamzil MT, tidak jadi datang.
Peran parpol
Menurut Dyah, fenomena tersebut terjadi akibat berubahnya peran parpol sebagai ’’mobil pengantin’’ yang disewa calon untuk mengantarkan mempelai menuju gedung pesta perkawinan. Hal ini berbanding terbalik dengan konsepsi parpol, yang merupakan rumah masa depan yang harus dibela, dijaga, dibangun dan diperjuangkan dengan sungguh-sungguh atau dalam parodi Tukul memerlukan ’’kristalisasi keringat’’.
Dari sejumlah pilkada di kabupaten/kota, menurutnya, kepala daerah yang terpilih tidak selamanya berasal dari mereka yang dicalonkan partai pemenang pemilu. Fenomena ini, tampaknya akan membayang pula dalam proses pilgub nantinya.
Menurutnya, kekritisan pemilih da-lam menentukan calonnya sangat diperlukan untuk memperoleh sosok pemimpin yang berkompeten. Di samping itu sebagai pengawal jalannya pemilu, mulai dari mekanisme perekrutan hingga pelaksanaan pemilihan yang demokratis.
Pooling
Menyikapi berbagai polling yang dilakukan sejumlah media lokal di Jateng terhadap sejumlah calon, Ari Pradhanawati menyatakan, hasilnya tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur untuk melihat dukungan masyarakat terhadap calon.’’Kecuali jika survei tersebut dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI), yang selalu digunakan rujukan untuk mengukur sikap respoden, karena memiliki hasil yang mendekati sesungguhnya,’’ ujarnya.
Terkait masalah sosialisasi, Ari menyatakan, memberikan kesempatan kepada parpol untuk melaksanakannya. udi-Ct
Views: 17
Hadir dalam kesempatan itu juga Dr Ari Pradhanawati (KPU Jateng). Sementara dua orang yang diprediksikan maju dalam pilgub, yakni H Bambang Sadono SH MH dan Ir HM Tamzil MT, tidak jadi datang.
Peran parpol
Menurut Dyah, fenomena tersebut terjadi akibat berubahnya peran parpol sebagai ’’mobil pengantin’’ yang disewa calon untuk mengantarkan mempelai menuju gedung pesta perkawinan. Hal ini berbanding terbalik dengan konsepsi parpol, yang merupakan rumah masa depan yang harus dibela, dijaga, dibangun dan diperjuangkan dengan sungguh-sungguh atau dalam parodi Tukul memerlukan ’’kristalisasi keringat’’.
Dari sejumlah pilkada di kabupaten/kota, menurutnya, kepala daerah yang terpilih tidak selamanya berasal dari mereka yang dicalonkan partai pemenang pemilu. Fenomena ini, tampaknya akan membayang pula dalam proses pilgub nantinya.
Menurutnya, kekritisan pemilih da-lam menentukan calonnya sangat diperlukan untuk memperoleh sosok pemimpin yang berkompeten. Di samping itu sebagai pengawal jalannya pemilu, mulai dari mekanisme perekrutan hingga pelaksanaan pemilihan yang demokratis.
Pooling
Menyikapi berbagai polling yang dilakukan sejumlah media lokal di Jateng terhadap sejumlah calon, Ari Pradhanawati menyatakan, hasilnya tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur untuk melihat dukungan masyarakat terhadap calon.’’Kecuali jika survei tersebut dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI), yang selalu digunakan rujukan untuk mengukur sikap respoden, karena memiliki hasil yang mendekati sesungguhnya,’’ ujarnya.
Terkait masalah sosialisasi, Ari menyatakan, memberikan kesempatan kepada parpol untuk melaksanakannya. udi-Ct
Views: 17
No comments:
Post a Comment