Tuesday, October 16, 2007

Pedesaan


Pemerintah Dinilai Belum Kembangkan Potensi Desa

Jakarta, Kompas - Pemerintah dinilai belum mengembangkan potensi ekonomi pedesaan secara maksimal sehingga pergerakan ekonomi di desa berjalan lambat. Kondisi ituantara lain menjadi pemicu penduduk desa mencari pekerjaan di kota yang pada akhirnya menimbulkan problem urban.

Dari pengamatan Kompas, akhir pekan lalu, potensi ekonomi di desa cukup besar untuk menggerakkan kegiatan ekonomi pedesaan. Namun, pembinaan pemerintah terhadap pengembangan ekonomi di desa masih lemah. Pembangunan infrastruktur pedesaan juga kurang.

Dari data Badan Pusat Statistik, pada Maret 2007, sebagian besar, yaitu 63,52 persen, penduduk miskin berada di pedesaan. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2007 sebanyak 37,17 juta orang.

Sebagai contoh, di Desa Pener, Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, sektor pertanian serta penggalian pasir dan batu mampu menopang denyut ekonomi warga.

Menurut Bambang Arum Ridho (41), Kepala Desa Bener, jika ditekuni, setiap warga akan bisa hidup layak di desa. Sektor pertanian di desa kurang diminati disebabkan antara lain oleh perilaku anak muda saat ini yang enggan bekerja kasar dan berpanas-panas di sawah.

Sementara itu, menurut Sekretaris Desa Pener, Nuraini (38), hingga saat ini belum ada lembaga yang mewadahi petani atau warga yang menggali batu atau pasir.

Infrastruktur desa

Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Padi Palawija Indonesia Arum Sabil mengungkapkan, infrastruktur irigasi di pedesaan cukup memprihatinkan. "Air mungkin ada. Tapi, kalau irigasi tidak ada, air sulit mengalir ke tanaman," katanya. Panen pun akan gagal.

Arum menambahkan, pengembangan industri skala kecil di pedesaan pun masih rendah. Selain itu, industri kecil di pedesaan (home industry) mengalami biaya tinggi produksi. "Harga BBM, kan, tinggi," katanya. Akibatnya, industri skala kecil itu sulit bergerak sehingga penyerapan tenaga kerja pun menjadi rendah.

Dari data Badan Koordinasi Penanaman Modal, penyerapan tenaga kerja perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN) tahun 2006 di Pulau Jawa sebanyak 28.263 orang. Jumlah itu turun dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja PMDN tahun 2005 di Pulau Jawa sebanyak 52.494 orang.

Namun, penyerapan tenaga kerja perusahaan penanaman modal asing (PMA) tahun 2006 di Pulau Jawa sebanyak 164.072 orang, naik dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja PMA tahun 2005 sebanyak 115.746 orang.

Ditinggalkan

Menurut warga Desa Neglasari, Salawu, Tasikmalaya, Jawa Barat, Dede Hermawan, ia memilih merantau ke Jakarta dan menyerahkan urusan pertanian kepada istrinya. Hasil sawah tidak dapat dinikmati dalam waktu dekat. Jika di kota, ia bisa mendapatkan uang Rp 50.000 dengan berjualan roti bakar di Depok.

Di kampung itu, sekitar 20 persen atau sekitar 60 pemuda berusia 19-30 tahun merantau dan bekerja di sektor informal di kota, seperti Jakarta dan Bogor. Sebagian besar dari mereka adalah lulusan sekolah dasar yang bekerja di Jakarta menjadi kuli bangunan, penjual roti bakar, perajin boneka, dan pedagang keliling. (A11/A09)

No comments: