Tantangan Pertama bagi Gubernur Fauzi Bowo
Jakarta, Kompas - Gubernur DKI Jakarta yang baru, Fauzi Bowo, langsung dihadapkan pada masalah kemacetan yang kian membelit Jakarta. Kemacetan tidak hanya terjadi di jalan-jalan yang sedang dibangun jalur khusus bus transjakarta, tetapi juga meluas ke banyak ruas di lima wilayah Ibu Kota.
Seusai dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012, Minggu (7/10), Fauzi Bowo berjanji akan segera mengadakan inspeksi dan memperbaiki semua masalah kecil dalam pembangunan jalur bus transjakarta dan berusaha mempercepatnya. Berdasarkan pemantauannya, Fauzi menemukan beberapa kesalahan teknis pembangunan yang menciptakan tambahan hambatan jalan dan semakin memacetkan arus lalu lintas.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Bambang Susantono dan pengamat transportasi dari Universitas Trisakti, Trisbiantara, secara terpisah memperingatkan akan terjadinya kemacetan total pada 2014. Pada saat itu luas semua kendaraan hampir sama dengan luas semua jalan di Jakarta.
Saat ini luas jalan di Jakarta sekitar 43 juta meter persegi. Pada 2014 diperkirakan pertumbuhan luas jalan menjadi 45 juta meter persegi atau sama dengan luas kebutuhan ruang tiga juta mobil. Jika benar itu terjadi, Jakarta dipastikan lumpuh. Keluar dari garasi rumah, pengguna mobil sudah dihadang kemacetan.
"Tidak ada jalan lain, pemerintah harus segera merealisasikan rencana pembatasan kepemilikan dan penggunaan kendaraan pribadi. Ini harus diiringi dengan percepatan realisasi kebijakan penyediaan angkutan massal yang aman, nyaman, dan murah," kata Bambang.
Pengamatan yang dilakukan Kompas menunjukkan, kemacetan parah terjadi di hampir semua kawasan. Hampir tidak ada jalan alternatif yang nyaman dilalui karena semua dipadati kendaraan. Kelumpuhan lalu lintas pun tidak hanya pada jam sibuk pagi dan sore.
Pembangunan infrastruktur, mulai dari jalur bus transjakarta, terowongan, hingga jalan layang, memperparah kemacetan.
Kemacetan yang panjang dan luas menciptakan kerugian ekonomi dan sosial bagi masyarakat dan kalangan dunia usaha. Kerugian waktu, berkurangnya penumpang angkutan umum, berkurangnya pembeli di toko-toko di sekitar jalan macet, pemborosan bahan bakar, sampai kerugian sosial akibat pertemuan yang urung terjadi menjadi keluhan utama masyarakat.
"Saya harus menyediakan waktu dua sampai empat jam untuk berangkat ke kantor," kata Fran Simbolon, staf pemasaran yang berkantor di Grogol, Jakarta Barat, Sabtu (6/10).
Menurut Ketua Organisasi Pengusaha Nasional Angkutan Bermotor di Jalan (Organda) DKI Jakarta Herry Rotti, para pengusaha angkutan penumpang di dalam kota mengalami kerugian sampai Rp 1,6 miliar per hari akibat kehilangan kesempatan mengangkut penumpang.
Omzet pemilik usaha di kawasan macet juga menurun 30-60 persen. "Bagaimana orang mau mengunjungi toko kami jika untuk masuk ke jalan ini terjebak macet," kata Chun Nie, pemilik toko buah di Pinang Ranti.
Data Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta menyebutkan, pembangunan infrastruktur yang menyebabkan kemacetan jalan akan selesai Desember 2007. Pembangunan Koridor 8, 9, dan 10 akan selesai 15 Desember, sedangkan proyek jalan layang Roxy dan Yos Sudarso selesai akhir Desember.
Wakil Direktur Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Firman Santya Budi dan Kepala Unit Kecelakaan Lalu Lintas Jakarta Timur Ajun Komisaris Sigit Dany mengatakan, penyebab utama kemacetan saat ini adalah karena pembangunan jalur bus transjakarta.
"Saya mendesak Pemerintah Provinsi DKI secara transparan menjelaskan ini kepada publik. Masalah ini menjadi bom waktu bagi polisi di lapangan. Kasihan anak buah saya," kata Firman.
Tidak imbang
Mantan Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso mengatakan, kemacetan yang terjadi saat ini juga terjadi akibat semakin tidak imbangnya pertambahan jalan yang tidak sampai 1 persen per tahun, dengan pertambahan kendaraan pribadi sebesar 11 persen.
Data Dinas Perhubungan DKI Jakarta menyebutkan, pada akhir 2006 jumlah mobil pribadi, barang, dan bus 2.161.653 unit dan meningkat menjadi 2.173.079 pada Maret 2007 atau bertambah 11.426 unit dalam tiga bulan. Jika ditambah dengan jumlah mobil dari Depok, Tangerang, dan Bekasi, jumlah mobil pada akhir 2006 sebanyak 2.657.430 dan bertambah 19.873 unit menjadi 2.677.303 unit pada Maret 2007.
Adapun jumlah sepeda motor di DKI naik dari 3.242.090 unit menjadi 3.325.790 unit atau bertambah 83.700 unit. Jika jumlah sepeda motor di Depok, Tangerang, dan Bekasi ditambahkan, jumlahnya naik dari 5.309.261 menjadi 5.472.335 unit atau naik 163.074 unit dalam tiga bulan.
Pada kurun waktu yang sama tidak ada pertambahan lebar dan panjang jalan di Jakarta. (eca/nel/win)
No comments:
Post a Comment