Thursday, June 28, 2007

Keberagaman, Katup Pengaman

Maria Hartiningsih

Alam semesta adalah tempat manusia belajar banyak hal, termasuk keberagaman, keseimbangan, dan saling ketergantungan. Ketika keberagaman dan keseimbangan terancam, bumi terancam, kehidupan juga terancam. Konflik meruyak.

Keberagaman adalah katup pengaman," ujar Darwina Sri Widjajanti yang tiga tahun terakhir ini memimpin Yayasan Pembangunan Berkelanjutan (YPB) dan Direktur Program Nasional Kepemimpinan untuk Pembangunan Berkelanjutan (LEAD).

"Tak banyak orang memahami bahwa penghargaan pada alam dan lingkungan berarti penghargaan pada keberagaman, pada kehidupan," tutur ibu dua anak ini menambahkan.

Muara persoalan di dunia adalah menipisnya pandangan terhadap keberagaman dan keseimbangan. Ia memaparkan persoalan besar, seperti krisis energi dan perubahan iklim yang membawa dampak luar biasa dalam tata berkehidupan manusia. Ini juga terkait dengan pengabaian prinsip-prinsip kehidupan itu.

Perbincangan tentang kerusakan lingkungan, bencana alam, terancamnya keberagaman hayati dan meledaknya penyakit- penyakit infeksi, serta upaya memelihara optimisme dalam situasi yang karut-marut ini menjadi topik bahasan di kantornya.

"Kita perlu ecological footprint untuk mengukur seberapa kemaruk kita menguras alam agar ada remnya," kata Darwina, yang mengaitkan krisis energi dengan isu gaya hidup.

Membangun optimisme

Dia bercerita, beberapa bupati di Jawa Tengah telah melakukan terobosan dengan ide-ide inovatif yang dapat dikategorikan sebagai upaya Pembangunan Berkelanjutan dengan pilar-pilarnya, yakni ekonomi, keadilan sosial, pertumbuhan individu, serta kelestarian lingkungan.

Di Wonosobo, pemimpin daerahnya melakukan terobosan dalam pengelolaan air dan pertanian yang terintegrasi, memastikan pasokan air dengan konservasi hutan. Di Bantul, pasar tradisional dihidupkan dan ada jaminan tak akan dibangun mal di wilayah itu. Di Sragen, pemimpin daerahnya berupaya melindungi petani agar mereka dapat hidup layak.

"Pak Bupati mendukung pertanian semi-organik dengan menggunakan pupuk dari sampah pertanian dan peternakan. Pertanian semi-organik ini merupakan upaya antara, sebelum benar-benar berubah menjadi pertanian organik," ujarnya.

Ia juga menyebut upaya pemimpin di Kebumen yang memberikan perhatian besar di bidang pendidikan dan mendorong transparansi di wilayahnya. Meski dia yakin upaya itu menemui banyak hambatan.

Darwina yang 13 tahun terakhir ini bergulat dengan isu-isu lingkungan—yang tak bisa dipisahkan dari isu demokrasi dan penguatan masyarakat madani (civil society) menyebut berbagai terobosan lain yang juga dilakukan beberapa bupati dan wali kota di luar Jawa. Jembrana adalah salah satunya.

"Kita akan pesimistis terus karena melihat praktik-praktik yang menghancurkan demokrasi, seperti politik uang dan korupsi. Tetapi, kalau semakin banyak pemimpin di tingkat lokal punya berbagai prakarsa untuk kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan, kita bisa optimistis akan masa depan negeri ini."

Jembatan

Darwina membawa YPB- LEAD memasuki wilayah yang sebelumnya tak disentuh. Salah satunya adalah membumikan gagasan ecovillage dalam rekonstruksi sebuah desa di Aceh.

Bersama timnya, ia menjaring potensi kepemimpinan di tingkat lokal agar gagasan mengenai Pembangunan Berkelanjutan dengan program-program yang membumi lebih mudah mencapai komunitasnya.

Program itu membawa para peserta mengenal kemajemukan dan keberagaman kehidupan bangsa Indonesia. "Mereka yang belajar pengelolaan limbah di Bali dapat merasakan secara langsung toleransi yang besar terhadap pendatang," ucapnya

Dia terharu saat seorang peserta mengatakan, "Saya baru tahu bahwa di Jawa ada banyak orang miskin juga", setelah magang beberapa waktu di Salatiga. "Dia pikir semua orang di Jawa sejahtera," kata Darwina.

Mereka yang belajar pertanian organik menyadari sumber daya alam di daerahnya juga bisa dimanfaatkan.

"Pembangunan berkelanjutan bukan pilihan, tetapi kebutuhan," kata Darwina, yang melanjutkan tugas "memasarkan" gagasan Pembangunan Berkelanjutan dalam berbagai kesempatan melalui beragam pintu masuk. Ia berusaha melakukan berbagai terobosan yang membuat gagasan tentang itu mudah ditangkap, lalu menjadi tujuan bersama.

Ketika menggantikan almarhum Kismadi yang membidani lahirnya YPB dan memimpin sampai berpulang tahun 2002, Darwina tak punya waktu untuk bingung. Kismadi sudah meletakkan dasar kuat tentang ide-ide Pembangunan Berkelanjutan, ia harus meneruskannya.

Seperti dia katakan, "Saya pergi dari satu tempat ke tempat lain seperti berjalan saja. Seperti ada tugas yang memanggil. Tidak ada yang saya incar, kecuali merawat keuletan dan melakukan hanya yang terbaik."

No comments: