Sunday, June 3, 2007

Gumregah Membangun Jawa Tengah Cetak E-mail


Sabtu Wage, 27 Mei 2006, saat sang surya terbit di ufuk timur setahun lalu, gempa bumi tektonik berkekuatan 5,9 Skala Richter, mengguncang sebagian bumi Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Klaten mengalami kerusakan paling parah, di samping Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Purworejo, Kebumen, Magelang, dan Temanggung yang juga terkena imbas gempa bumi. Namun, kejadian itu hanya sesaat. Kegiatan tanggap darurat seperti evakuasi korban, pagi itu juga segera dilaksanakan ke rumah-rumah sakit terdekat baik di Klaten, Solo, Magelang, bahkan Semarang. Petugas rumah sakit pun bekerja sekuat tenaga dan memberikan perawatan optimal. Satkorlak PBP mendirikan Posko Aju di Pabrik Gula Gondang Baru di samping Posko Satlak PBP Kab Klaten di Kantor Bupati Klaten sehingga kegiatan tanggap darurat berupa distribusi logistik dan inventarisasi korban gempa dapat dilaksanakan secara terkoordinasikan dan berjalan relatif lancar. Inventarisasi korban bencana telah dapat dilaporkan tanggal 5 Juni 2006.

Rinciannya, 1.084 orang meninggal dunia, 2.919 orang luka berat, 17.253 luka ringan,104.084 rumah rusak berat/tidak layak huni dan 104.111 rumah rusak ringan/masih layak huni. Selain itu, 801 sarana prasarana pendidikan rusak, 84 unit sarana kesehatan rusak, 422 sarana perkantoran rusak, tidak terkecuali beberapa sarana peribadatan serta sarana perekonomian juga rusak. Upaya keras Satkorlak PBP bersama Satlak PBP terus dilakukan untuk menggerakkan masyarakat secara bergotong-royong membersihkan puing-puing dan membangun kembali daerah yang tertimpa gempa bumi melalui program rehabilitasi/ rekonstruksi.

Untuk mengeliminasi keresahan masyarakat saat awal penerimaan DIPA APBN Tahap I, Pemprov menggariskan BLM-P disalurkan kepada seluruh masyarakat yang berhak menerima sebagaimana basis data yang dipedomani bersama antara Satlak, Satkorlak, dan Bakornas. Bantuan diberikan kepada mereka yang telah dan sedang membangun dengan kemampuan swadaya sendiri maupun kepada mereka yang baru akan membangun. Dengan kebijakan ini, pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi meskipun bertahap, tetapi dapat dilakukan secara serentak.

Saat ini, dari 104.084 sarana prasarana (sarpras) perumahan yang rusak berat atau tidak layak huni, 101.084 telah dapat ditangani. Sisanya sebanyak 3.000 unit rumah akan diselesaikan tahun 2007. Untuk 104.111 unit rumah yang rusak ringan, APBD Jateng telah diberikan bantuan perbaikan masing-masing Rp500 ribu. Untuk sarpras kesehatan, dari 84 yang rusak, 54 telah tertangani. Sarpras perkantoran, dari 422 yang rusak 151 juga telah dapat ditangani. Sarpras peribadatan dan infrastruktur, juga sebagian besar telah dapat ditangani. Sedangkan untuk sarpras perekonomian, seluruhnya telah dapat diperbaiki dan dibangun kembali.

Dengan sumber pembiayaan yang jelas, program rehabilitasi dan rekonstruksi yang dilaksanakan telah memberikan dua keuntungan. Pertama, mempercepat pemulihan untuk penghunian rumah dan sarana pendidikan guna memperlancar proses pemulihan belajar mengajar. Kedua, dengan model pekerjaan melibatkan gotong-royong warga, telah membuka lapangan kerja bagi masyarakat sehingga memberi nilai tambah pendapatan yang besar bagi warga yang tertimpa bencana.

Jika rehabilitasi dan rekonstruksi secara nasional baru diawali pada 3 Juli 2006 yang ditandai dengan penyerahan DIPA APBN untuk rumah, di Jateng rehabilitasi dan rekonstruksi sarpras pendidikan telah diawali pada 24 Juni 2006, yang ditandai selamatan di SD Ngandong 2 dan 3 dan telah selesai dibangun kembali secara sengkuyung dengan kerja bhakti warga setempat bersama-sama masyarakat Kab Wonogiri. Hingga akhir 2006, dari 801 sarpras pendidikan yang rusak, 540 sekolah telah ditangani. Pada 2 Mei 2007 lalu, bersamaan Peringatan Hari Pendidikan Nasional, Pemprov juga menyerahkan bantuan dari APBD Jateng untuk menangani 47 unit sekolah.

Selanjutnya, 26 Mei 2007 Pemprov kembali akan menyerahkan bantuan untuk penanganan 104 unit sekolah, yang berasal dari dana dekonsentrasi (50 unit) dan bantuan keuangan dari Pemprov (54 unit). Sementara 25 unit sekolah didukung APBD kabupaten dan 12 unit sekolah lainnya telah dibiayai donatur. Sesuai komitmen awal, pemulihan sarpras pendidikan dijadwalkan selesai tertangani paling lambat akhir triwulan III Tahun 2007. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah pusat dapat mempercepat proses administrasi pencairan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dialokasikan untuk menangani 23 unit sekolah yang tersisa.

Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa bumi memang tidak mudah dan tidak sederhana, karena diwarnai dinamika sosial yang berkembang dengan berbagai kepentingan. Di tengah usaha rehabilitasi dan rekonstruksi, ada saja pihak yang bertindak tidak rasional, tidak proporsional, dan tidak profesional dalam memberikan respons. Dalam era penegakan hukum, hendaknya komitmen yang secara jelas telah dibangun, jangan dirusak oleh isu-isu yang tidak benar dan tanpa dasar dengan cara memutarbalikkan fakta. Sebab, ini akan dapat mengotori sistem manajemen pengelolaan pascabencana gempa bumi, yang selama ini telah dibangun dengan baik sesuai koridor normatif.

Dari segi geografis, Jawa Tengah memang daerah yang sangat rawan bencana, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, angin puting beliung hingga gempa bumi. Namun, bukan saatnya warga berpangku tangan larut dalam kepedihan derita dan pasrah dalam menerima bencana. Masyarakat harus bersama- sama menggugah gairah dan semangat, dengan gumregah dan berseri kembali dalam menatap masa depan yang cerah. Geguritan yang ada pada prasasti Monumen ”Lindhu Gedhe” dan akan dipasang di halaman SD Negeri Sengon 4 Kec Prambanan, tampaknya harus tetap kita pegang. Tetenger.Wolu likur bakda mulud sewu sangang atus telung puluh sanga//dina setu wage//ana lindhu gedhe//nemah tlatah Jawa Tengah lan DIY//akeh omah lan wewangunan bubrah// para warga padha susah. Aja pasrah– ayo gumregah// ndandani kahanan lan wewangunan// muga Gusti Allah paring keslametan lan karaharjan berkah// rahmat lan hidayah. (*)

H Mardiyanto
Gubernur Jawa Tengah

No comments: