Saturday, June 23, 2007

Harapan terhadap Gubernur Jateng

  • Oleh Imam Sudjono

SAYA hormat dan kagum serta takzim atas keberanian dan pengorbanan para calon gubemur Jawa Tengah. Jika terpilih menjadi gubernur berarti akan mewakili dan bertindak atas nama 34 juta rakyat dalam menghadapi masalah multidimensi. Sebagai Gubernur, tidak lagi punya alasan waktu maupun alasan lain untuk tidak membenahi masyarakat yang dibelit krisis, kemiskinan, pendidikan, politik, penegakan hukum khususnya tindak kejahatan kemanusian seperti terorisme, trafficking, berbagai kejahatan illegal, yang kesemuanya memerlukan penanganan dan solusi terbaik dalam penanggulangannya.

Juga budaya korupsi yang telah meluluhlantakkan sendi-sendi harkat dan martabat bangsa dan negara. Demikian berat beban tanggung jawab dan tugas sebagai seorang gubernur, namun tidak sedikit yang memperebutkan kursi gubernur karena kompensasinya adalah kekuasaan.

Masyarakat " wong cilik" Jawa Tengah siap mengusung, menjadikan dan menyambut calon ke kursi gubernur dengan syarat "harus" berbaik-baik dan menyatu dengan rakyat, serta memenuhi kehendak dan harapan masyarakat. Pertama, mempunyai sifat empati yang besar terhadap orang kecil. Kedua, berkemampuan dan memperhatikan bawahan. Ketiga, bersifat salus populis supreme lexatau mendahulukan kepentingan orang banyak.

Keempat, Punya sifat pejuang tanpa pamrih demi masyarakat. Kelima Hidup sederhana, jujur dan bebas KKN. Keenam, senantiasa berusaha berbuat yang terbaik.

Empati terhadap Orang Kecil

Salah seorang gubernur Jateng yang saya kenal memiliki beberapa syarat yang saya sebut di atas adalah Gubernur Soepardjo Rustam (alm). Perkenalan saya dengan "Pak Pardjo" ketika saya kuliah di Undip (Matematika) dan bersama adik-adik membuka warung makan Soto Sokaraja (khas Banyumas) di Semarang. Saya memberanikan diri menghadap Gubernur di Puri Gedeh dan diterima dengan baik sekali.

Dari Pak Pardjo saya belajar betapa seorang pemimpin yang kebapakan sekaligus ketemanan, tidak egois, ikhlas, tidak mau menonjolkan diri. Betapa besar atensi, simpati, kepedulian dan empati terhadap wong cilik.

Banyak contoh keteladan dan kelebihan almarhum yang lain, pada intinya menampakkan empati pada orang kecil. Pak Pardjo berprinsip pada Salus Populi Suprema Lex kepentingan orang banyak yang utama Apabila kini kembali digemborkan lagi slogan tentang pola hidup sederhana, maka Pak Pardjo adalah salah seorang dari sedikit yang mempraktikkannya secara konsisten .

Sikap pribadi Pak Pardjo yang sederhana, jujur dan bebas KKN itu terefleksikan ke keluarga almarhum. Tidak ada sanak saudara Pak Pardjo yang menjadi konglomerat karena fasilitas dan jabatan beliau. Semuanya dalam batas yang sangat wajar, bahkan teramat wajar dan sederhana untuk ukuran zaman sekarang.

Berbuat yang Terbaik

Kalau kita mau jujur dan objektif, kita boleh menyatakan bahwa Pak Pardjo telah berusaha berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara sesuai dengan kemampuan yang beliau miliki.

Menjelang akhir jabatannya sebagai Menko Kesra, dengan susah payah Pak Pardjo berusaha menyelesaikan sendiri memoir akhir jabatannya. Ketika serah-terima jabatan Menko Kesra dari dirinya ke Ir Azwar Anas, Pak Pardjo tetap nekad memaksakan diri ke tempat upacara, walaupun harus dengan kursi roda dan mengabaikan segala larangan dan saran dokter, agar beliau tidak datang. Inilah penampilan terakhir Pak Pardjo di muka umum.

Figur Gubernur Jawa Tengah yang akan datang semacam Pak Pardjo sangat didambakan masyarakat kecil. Pemimpin yang kebapakan dan ketemanan, pemimpin yang mengutamakan kepentingan umum yang utama, daripada kepentingan pribadi atau golongan, pemimpin yang bisa menjadi contoh satunya perkataan dan perbuatan.

Dari beliau saya banyak sekali belajar tentang hakikat kehidupan, seperti hidup sederhana, jujur dan bebas KKN. Meski 12 tahun saya menjadi PNS di perbankan (Bank BPD Jateng, kini Bank Jateng) dan mempunyai kedudukan (terakhir Ketua Yayasan Pendidikan, Kepala Desk DPLK), saya bersyukur bisa mencontoh Pak Pardjo. Bahkan ketika saya dihadapkan pada ketidakbenaran dan arogansi kekuasaan, saya memutuskan pensiun dini (mengundurkan diri) dari PNS. Ini adalah konsekuensi harga sebuah kejujuran, harga sebuah pertanggungjawaban moral. Semoga Gubernur Jawa Tengah yang akan datang periode 2008-2013 merupakan reinkarnasi dari sifat, sikap, moral, komitmen dan konsistensi Pak Pardjo. (11)

--- Drs. Imam Sudjono, MBA, MM, pendiri/ketua Lembaga Pusat Penelitian dan Pengkajian Ipoleksosbudhankam Indonesia (LP3I2)

No comments: